Ponorogo, Kabarnow.com-, Seniman muda Ponorogo angkat bicara terkait Polemik istilah berhala yang disinyalir digunakan untuk menyebut Monumen Reog, bahkan beberapa paguyuban reog baik yang berada di dalam maupun luar Ponorogo juga turut mengecam ucapan tersebut.
Rahmat Septiyan, S.Sn, yang akrab dipanggil mamat slompret salah satu seniman muda Ponorogo juga turut angkat bicara terkait polemik ini. Ia menuturkan bahwa monumen reog tidak dapat dinilai sebatas bangunan fisik belaka, apalagi dikatakan berhala, sangat tidak nyambung.
"Keberadaan monumen reog adalah bukti bahwa Ponorogo terus berkembang & terus melangkah untuk maju. Sembari nguri-nguri warisan masa lampau (pertunjukan reog), ternyata pemangku kebijakan juga berusaha mencetak sejarah baru yang kelak akan dibanggakan oleh anak cucu. Ini adalah Mahakarya yang akan mengangkat derajat dan martabat Ponorogo," ucapnya.
Tak kalah penting dari sebuah warisan peradaban, keberadaan monumen reog tentunya kedepan juga akan berdampak terhadap peningkatan ekonomi masyarakat Ponorogo.
"Monumen reog itu letaknya sangat strategis, sekitar 1 jam dari wisata Sarangan. Bayangkan apabila monumen reog telah selesai dibangun, pastinya banyak wisatawan dari Tawangmangu-Sarangan yang akan kepincut singgah dan berbelanja sembari menikmati berbagai wahana dan keindahan kawasan Monumen Reog Ponorogo," ucapnya.
Mengingat hal ini, ia mengajak seluruh masyarakat Ponorogo untuk terus mendukung pembangunan Monumen Reog yang didalamnya akan ada Museum Peradaban.
"Tentunya harus kita dukung siapapun yang berkomitmen terhadap pembangunan Monumen Reog. Apalagi disitu nanti juga akan ada Museum Peradaban yang menceritakan Ponorogo mulai dari era pra sejarah hingga era kekinian. Hal ini sangat penting untuk sarana belajar dan membentuk karakter generasi muda Ponorogo," jelasnya.
Ia juga menyatakan bahwa alangkah baiknya apabila pihak yang bersangkutan segera meminta maaf kepada masyarakat karena telah menimbulkan polemik.
"Ya sebaiknya diakui saja dari pada semakin melebar. Perlu diingat bahwa di Ponorogo itu juga ada patung-patung monumental yang dibangun era Bupati Markum Singodimedjo. Apakah itu juga akan disebut berhala?," tambahnya.
Alumni Institut Seni Indonesia Surakarta tersebut mengajak masyarakat untuk tetap berpikir positif, mengambil hikmah dari segala polemik yang telah terjadi beberapa pekan terakhir ini.
"Yaa ini kan tahun politik. Adanya polemik ini tentunya akan membuka hati kita, sehingga kita bisa tahu seberapa besar komitmen para tokoh politik untuk membangun Ponorogo. Semoga kedepan para elit juga semakin bijak dan berhati-hati dalam berucap, aamiin." tukasnya.(nov)