Ponorogo,Kabarnow.com-, Aksi unjuk rasa memperingati 100 hari kerja pemerintahan daerah Ponorogo yang digelar sejumlah mahasiswa di depan Gedung DPRD Ponorogo berakhir ricuh pada Jumat (30/05/2025).
Demonstrasi yang awalnya berlangsung kondusif dengan konsep panggung rakyat dan stand-up komedi tiba-tiba memanas setelah seorang komika melontarkan candaan kontroversial. Ia menyebut Monumen Reog dan Museum Peradaban Ponorogo (MRMP) sebagai “monumen kucing.”
Sebutan tersebut langsung memicu kemarahan puluhan warga yang sedang bersantai di kawasan Aloon-Aloon. Mereka berlari menuju lokasi aksi, hingga terjadi kericuhan. Beruntung, petugas Polres Ponorogo yang sejak awal bersiaga segera bertindak cepat, mengamankan komika dari amukan massa.
Seorang warga, Aang Patianto mengaku tersinggung dengan pernyataan tersebut. Menurutnya, Monumen Reog adalah simbol kebanggaan masyarakat Ponorogo dan tidak pantas disamakan dengan kucing.
“Kami tersinggung dengan perkataan dia. Monumen Reog kebanggaan Ponorogo, kok dibilang monumen kucing? Itu sangat merendahkan kami,” ujarnya.
Setelah dilakukan penelusuran, komika yang menyampaikan candaan kontroversial tersebut ternyata bukan warga Ponorogo, melainkan berasal dari Kediri. Fakta ini semakin memicu emosi warga yang menilai aksi tersebut sarat unsur provokasi dan tidak memberikan edukasi.
“Materinya sangat provokatif dan tidak mendidik. Parahnya lagi, aksi ini ternyata tidak memiliki izin resmi,” tambahnya.
Merespons situasi yang memanas, salah satu perwakilan mahasiswa akhirnya menyampaikan permintaan maaf secara terbuka dan mengakui kesalahan dalam aksi tersebut. Setelah permintaan maaf itu disampaikan, warga pun membubarkan diri dengan tertib.(Nov)