Ponorogo, (Kabarnow.com),— Kelompok Pemuda Peduli Ponorogo melontarkan kritik tajam terhadap pelayanan RSUD dr. Harjono. Mereka menyoroti antrean panjang pasien, dugaan penyimpangan pengadaan alat kesehatan, hingga gaya kepemimpinan direktur yang dianggap perlu dievaluasi.

Menanggapi hal tersebut, Direktur RSUD dr. Harjono, dr. Yunus Mahatma, SP, PD, buka suara. Ia menilai kritik sebagai energi positif untuk perubahan. “Kami tak alergi kritik. Justru kami sambut sebagai masukan untuk terus memperbaiki diri,” ujarnya.

Saat pertama kali menjabat pada 2022, tingkat keterisian tempat tidur rumah sakit (Bed Occupancy Rate/BOR) hanya 30 persen. Kini, dua tahun berselang, angkanya telah menyentuh 60 persen. “Kami kerja keras, siang malam. Mulai dari pelayanan, fasilitas, hingga sistem dirapikan,” lanjutnya.

Pendapatan rumah sakit pun melonjak signifikan, dari Rp90 miliar pada 2022 menjadi Rp164 miliar di 2024—setara dengan 50 persen dari Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Ponorogo.

Ia juga merespons soal antrean panjang pasien. Menurutnya, ini merupakan tanda meningkatnya kepercayaan publik. “Dulu hanya 200–300 pasien per hari, sekarang bisa 1.000. Ini tantangan sekaligus bukti masyarakat percaya.”

Sebagai solusi, RSUD meluncurkan layanan antar obat ke rumah dan membangun Unit Gawat Darurat (UGD) terbesar di antara rumah sakit kabupaten se-Jawa Timur. Konsepnya one stop service, dari penanganan awal hingga rujukan dalam satu lokasi.

Terkait tuduhan pribadi dan dugaan pelanggaran etika, dr. Yunus tidak menghindar. “Tak ada manusia sempurna. Tapi nilai kami dari hasil kerja. Orang yang lalai takkan bisa capai Rp164 miliar dan BOR 60 persen,” tegasnya.

Ia menegaskan komitmennya pada transparansi dan pelayanan publik. “Silakan cek langsung ke pasien. Kami terbuka. Kami tidak sempurna, tapi kami serius bekerja,” pungkasnya.(Nov)